Sabtu, 10 November 2012

Selamat Datang Perahu Elpiji Hemat Energi


Borneo Tribune, Pontianak
Akumulasi  kenaikan  harga  bahan bakar minyak (BBM) memicu kepanikan masyarakat
nelayan.  Selain penggunaan bahan bakar yang boros anggaran, nelayan dipusingkan
dengan  kelangkaan  bahan  bakar  untuk  keperluan  operasional  menangkap ikan.
Sementara  di  luar  sana  harga  sembako yang kian melambung menimbulkan reaksi
keresahan bagi masyarakat nelayan khususnya. 

Problem  nelayan  itu  bakal  jadi kisah masa lalu, jika perahu mesin ABG buatan
Amin  ini  bisa  diproduksi  secara masal dan nelayan bisa menggunakan dua bahan
bakar  dalam waktu bersamaan selama melakukan operasional menangkap ikan di laut
atau sungai. 
Perahu  ABG  diambil dari nama Amin sebagai penggagas, kemudian dipadukan dengan
bensin  dan gas, sehingga disingkat ABG. Perahu ini dipamerkan pertama kali awal
Maret  2012  di  Sungai Kapuas. Merupakan sungai terpanjang di Indonesia. Sungai
itu  membentang  sepanjang  1086  km dan lebar alur sungai Kapuas sekitar 70-150
meter,   dengan  kedalaman  puluhan  meter.  Sungai  ini,  tidak  pernah  kering
sepanjang tahun. 
Bupati  Kabupaten  Kubu  Raya,  Kalimantan  Barat,  Muda  Mahendra berkesempatan
menjadi  juru  mudi perahu motor mesin berukuran 160 cc dan 200 cc. Mesin ukuran
ini paling banyak digunakan nelayan. 
Disaksikan  sejumlah perwakilan tokoh masyarakat dan jajaran Pemkab, Muda dengan
santai  menjajal  ketangguhan  mesin  perahu  ABG.  Diyakin kehadiran perahu ini
menjadi  solusi  bagi nelayan, selama ini sering mengalami kesulitan mendapatkan
bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar dengan harga subsidi. 
Akhir  Maret  2012,  perahu  berukuran  panjang  6 meter dan lebar 1,5 meter itu
melesat  di  muara  sungai.  Meski  siang  itu  angin  berhembus kencang, perahu
tradisional   itu  berhasil  meliuk-liuk  di  permukaan  sungai  gelombang.  Dua
penumpang  dan  seorang  pengemudi terlihat tenang melanjutkan perjalanan dengan
kecepatan  konstan  menyusuri  perkampungan nelayan, sebelum berhenti kembali ke
dermaga awal. 
“Mesin  perahu  ABG ini luar biasa,” kata Muda, sambil menunjukkan jari telunjuk
ke arah perahu. 
Sepintas  perahu ini tidak ada bedanya dengan perahu motor nelayan lainnya. Yang
membedakan,  perahu  ini  membawa  dua  tabung  gas  masing-masing  berukuran  3
kilogram  di  buritan  perahu.  Sedangkan  pada  bagian  tengah  lambung  perahu
terdapat tanki bahan bakar menggunakan bensin atau solar. 
Keistemewaan  dari perahu ABG ini, pada saat mesin perahu ini dioperasikan, juru
mudi  perahu cukup memutar tuas pilihan untuk bahan bakar (elpiji atau premium).
Caranya  dengan  menaikkan  tuas  ke kiri atau kanan yang berada di bagian bawah
setir perahu. 
Bila  juru  mudi  ingin menaikkan tuas ke kanan, secara otomatis mesin di perahu
menggunakan  bahan  bakar  elpiji.  Sebaliknya,  bila  elpiji  sukar  diperoleh,
nelayan  bisa  menggeser  tuas  ke kiri. Artinya mesin di perahu ini menggunakan
bahan bakar premium. 
Inilah   temuan   yang  diklaim  pertama  di  Indonesia,  perahu  motor  nelayan
menggunakan  bahan  bakar  elpiji.  Penggagasnya  adalah Amin (42) warga Tanjung
Raya II, Gang Karya Tani I, Pontianak Timur. 
Menariknya  ayah  tiga  anak ini mengaku tidak memiliki kemampuan khusus tentang
teknik  mesin.  Ia  hanya  alumni  Jurusan  Sosial  ekonomi  Pertanian, Fakultas
Pertanian Panca Bhakti, Pontianak, tahun 1988-1989. 
Meski  beda  latar  belakang  pendidikan,  Amin  memiliki  kecintaan pada bidang
elektronik  sekaligus memiliki keahlian memodifikasi mesin secara otodidak. Ilmu
itu  diperoleh  dari  sejumlah  rekan  kerjanya  sebagai  distributor  alat-alat
listrik.  Dari  situlah  ayah  tiga anak ini mulai penasaran mencoba menciptakan
sesuatu  yang  baru dan bisa membawa manfaat bagi banyak orang. Pilihannya jatuh
pada mesin perahu nelayan. 
Secara  umum,  cara  kerja  alat  ini sederhana. Amin hanya menambahkan sejumlah
komponen,  diantaranya  keran,  regulator, selang, spuyer dan lainnya agar mesin
160-200  cc  bisa  bekerja  menggunakan  bakar  gas  elpiji.  Semua komponen itu
terhubung dalam satu kesatuan yang utuh. 
Regulator  yang  terpasang pada bagian atas tabung gas dihubungkan pada selang (
rubber  hose)  dengan  panjang sekitar 3,5 meter yang dirakit menggunakan sistem
paralel.  Fungsi  penyambungan selang tadi untuk menyalurkan gas masuk ke bagian
mesin sebelum diolah menjadi bahan bakar. 
Berikutnya  pada  bagian  ujung  selang  tadi  dihubungkan dengan mekanisme ball
valve  alat  ini digunakan untuk sistem buka tutup yang terhubung dengan selang.
Tugasnya untuk membatasi atau mengatur lalu lintas fluida dari lubang selang. 
Ketika  valve  telah  dipasang dalam suatu rangkaian pipa atau selang. Pada saat
valve  dibuka,  fluida  mulai mengalir dan ketika valve ditutup, maka fluida pun
berhenti mengalir. 
Selain  untuk membuka dan menutup, Amin juga memasang valve yang berfungsi untuk
mengatur  (regulate)  aliran  fluida  secara  lebih  akurat aliran yang pressure
rendah.  Bentuk  disc  panjang dan kecil seperti paku atau disebut needle valve.
Valve  ini  yang  kemudian  disambungkan  ke bagian karburator pada bagian mesin
utama 160 cc. 
Agar   hubungan   antara  satu  mekanis  ke  mekanis  laut  terikat  kuat,  Amin
menggunakan  sling  baja  untuk mengikat dan sejumlah komponen material lainnya.
Tujuannya agar setiap rakitan mesin yang terhubung tidak mengalami kebocoran. 
Tapi,  dari  sekian  banyak  komponen  yang  terpasang  dalam mesin perahu, yang
paling  penting  adalah  penambahan  mixer  kit  (  alat  pencampur).  Nama  itu
terinspirasi  dari  mixer  yang  sering  digunakan para ibu untuk membuat adonan
kue.  Bedanya  mixer  kit  buatan Amin berfungsi mencampurkan gas dan udara yang
masuk ke bagian mesin, sebelum menjadi tenaga yang dapat memacu perahu. 
Mixer  ini dibuat sendiri dari tangan Amin yang dibentuk menggunakan mesin bubut
dengan  menggunakan  bahan dasar aluminium. Bahan dasar ini diyakini tidak mudah
korosi  dibanding  bahan  dasar  lain  seperti  besi atau tembaga. Setelan bubut
mixer  juga  harus standar agar menghasilkan mesin modifikasi yang sesuai dengan
harapan. Prosesnya memang butuh keahlian. 
“Karena  selisih  nol koma sekian milimeter saja, hasilnya akan beda. Jelas akan
berpengaruh pada kecepatan putaran dan penggunaan bahan bakar,” kata Amin. 
Boleh  dikata mixer kit merupakan jantung dari sistem kerja perahu hemat energi.
Karena  alat  ini  berfungsi  untuk  menempatkan  spuyer dan stud bolt agar bisa
menyambung pipa saluran bahan bakar untuk menghidupkan mesin . 
Sehingga  sistem mesin membentuk model duel fuel. Artinya alat ini bekerja untuk
mengubah  bahan  bakar  gas  dari  elpiji  menjadi  sumber  energi. Si pengemudi
tinggal  memilih jenis bahan bakar yang digunakan, yakni dengan mengalihkan tuas
yang  ada  di bagian mesin ke atas atau bawah. Secara otomatis mesin perahu bisa
bekerja sesuai dengan pasokan bahan bakar yang tersedia di perahu. 
“Selama  saya  browsing  di  internet,  saya belum pernah menemukan perahu motor
menggunakan dua bahan sekaligus,” kata Amin. 
Ia  hanya  mengetahui salah satu situs di situ memberitakan Kementerian Kelautan
dan   Perikanan  sudah  melakukan  ujicoba  pada  mesin  kapal  nelayan  setelah
dikonversi  dari  premium menjadi elpiji di Jepara, Jawa Tengah. Efisiensi biaya
bahan bakar minyak (BBM) mencapai 51 persen jika dibandingkan dengan premium. 
Sayangnya,  untuk  menghasilkan  penggunaan  bahan  bakar yang efisien dan hemat
anggaran  itu,  pihak  kementerian  berencana  akan mengimpor alat konversi dari
Turki dengan harga Rp 2,5 juta per unit. 
Tapi  ada  kekurangan  dari alat ini. Bila mesin kapal nelayan sudah dikonversi,
para  nelayan  tidak  bisa  menggunakan  bahan  bakar  asal.  Yakni premium atau
gas.”Jika  di  suatu daerah, elpiji langka di pasaran, bakal menimbulkan masalah
baru  bagi  nelayan itu sendiri karena kesulitan untuk mendapatkan bahan bakar,”
kata Amin. 
Perwakilan  BBPPI Semarang, Jawa Tengah, Jaenal awal April 2012 pernah datang ke
Kubu  Raya  untuk  melihat  langsung alat ciptaan Amin. Ia memuji temuan ini dan
mengatakan  alat  ini belum pernah ada di Indonesia dan laik dikembangkan secara
masal. 
Bagi  Amin, kunci utama untuk mengoperasikan sistem alat ini, ada pada 4 pedoman
prinsip  kerja.  Yakni  tepat  guna,  aman,  hemat,  solusi.  Empat  prinsip itu
kemudian diaplikasikan pada penemuan mixer kit buatan Amin. 
Misalnya  prinsip  tepat  guna.  Amin sengaja menggunakan komponen yang dipasang
pada  mesin  perahu  mudah  diperoleh  di  pasaran. Semuanya dari produk Standar
Nasional  Indonesia (SNI). Mulai dari regulator, selang gas dan sampai ke tabung
gas  elpiji  ukuran  3  kilogram. Tujuannya agar komponen ini aman digunakan dan
nelayan tidak kesulitan mengganti komponen bila terjadi kerusakan. 
Prinsip  kedua  adalah aman. Amin mengklaim mesin perahu hemat energi ini memang
sudah   dirancang   khusus   dan  aman  digunakan.  Salah  satunya,  ia  sengaja
menempatkan  dua  tabung  gas  di  buritan  kapal.  Sementara si pengemudi kapal
ditempatkan  pada  posisi  tengah  kapal.  Tujuannya,  bila  perahu kapal selama
perjalanan  ada kejadian tidak diinginkan, seperti terjadi kebocoran tabung, gas
yang  dikeluarkan  langsung  di  bawa  ke udara. Sehingga bisa mengurangi resiko
ledakan pada perahu motor. 
Prinsip  ketiga  adalah  hemat.  Sebelum perahu ABG dipamerkan ke khalayak umum,
Amin  bersama  rekan lain pernah menguji perahu ini dengan menggunakan dua bahan
bakar sebagai perbandingan efisiensi. Yakni bensin dan gas elpiji. 
Adapun  jarak  tempuh dilakukan mulai dari jembatan tol Kapuas I menuju jembatan
tol  Kapuas  II  atau  sepanjang  13  kilometer dengan lama perjalanan selama 20
menit.  Hasilnya,  bahan  bakar gas elpiji lebih hemat dengan skala perbandingan
saat ini 1:8. Artinya satu tabung gas bisa menggantikan delapan liter bensin. 
Hasil  itu  diperoleh  pada  saat  perahu  hemat  energi ini menempuh perjalanan
selama  satu  jam  menggunakan  mixer  kit  membutuhkan bahan bakar sebanyak 3,3
liter  atau  setara  dengan  biaya Rp 14.985 dengan putaran mesin maksimum 5.320
rpm. 
Sebaliknya,   bila  menggunakan  bahan  bakar  elpiji,  volume  pemakaian  hanya
membutuhkan  7  ons  elpiji  atau  setara Rp 3.033 dengan putaran mesin maksimum
5.370 rpm. 
“Dari  segi  kecepatan  jelas,  menggunakan elpiji jauh lebih cepat dibandingkan
menggunakan premium,” kata Amin. 
Adapun   alat   untuk   menguji   putaran  mesin  (rpm)  Amin  menggunakan  alat
tachomometer  digital  merk  Delta  type  DT-2857. Sementara untuk menguji mesin
menggunakan KOHLER OHV ENGINE type 6,5 HP/196 cc dengan kondisi tanpa beban. 
Berikutnya  adalah  prinsip  terakhir, yakni mencari solusi. Amin mengaku temuan
alat  mixer  kit adalah yang pertama di Indonesia. Sebelumnya alat konversi dari
satu  bahan  bakar  ke  bahan  bakar  lain sudah banyak ditemukan dan diproduksi
secara  masal  dari  pelbagai  negara.  Salah  satunya India yang telah berhasil
menciptakan  alat  konversi  dari  premium menggunakan gas elpiji pada kendaraan
bajai. 
Di  Indonesia  juga  sudah banyak putra bangsa menciptakan hal serupa. Khususnya
pada  kendaraan  roda  dua dan empat. Bahkan sudah dipamerkan pada event pameran
atau demo di sejumlah daerah. 
Bagi  Amin,  prinsip  kerja  alat  tadi  bukan  solusi.  Karena  sifatnya  hanya
mengalihkan  dari  bahan  bakar  satu  ke  bahan  bakar  lainnya. ”Pertanyannya,
bagaimana  jika mesin sudah dikonversi dari bahan bakar lain, tiba- tiba terjadi
kelangkaan bahan bakar yang dibutuhkan,” kata Amin. 
Artinya,  keinginan  dari  sistem kerja alat ciptaan tadi untuk menghemat energi
justru  rawan  menimbulkan  masalah baru bila pada suatu saat terjadi kelangkaan
bahan bakar yang dibutuhkan. 
Nah,  permasalahan  itulah  yang  sudah dipikirkan Amin. Dengan temuan mixer kit
diklaim  bisa mengatasi masalah di lapangan. Artinya sistem kerja alat ini tidak
mengkonversi  bahan  bakar,  melainkan menambah jenis bahan bakar lain dan mesin
tetap  bekerja  secara  maksimal.  Artinya, nelayan bisa menggunakan bahan bakar
premium atau solar dan gas elpiji. 
“Bila  suatu  daerah  nelayan  kesulitan  mendapatkan  bahan bakar premium, bisa
menggunakan  bahan  bakar  gas.  Sebaliknya,  bila  gas  langka di pasaran, bisa
menggunakan   premium   tanpa  perlu  mengganti  komponen  mesin,  karena  sudah
terpasang dengan mixer kit,” kata Amin. 
Solusi  lain  yang  ditawarkan  Amin adalah ia bersama tim dengan suka rela akan
memberikan  pelatihan  cara  merakit  mixer  kit  kepada para nelayan di daerah.
Tujuannya,  agar  nelayan  bisa  menjadi  ahli  mekanik  bila sewaktu- waktu ada
komponen alat terjadi kerusakan. 
“Maklum,  namanya  barang elektronik pasti akan rusak bila dipakai secara terus-
menerus.  Tapi solusi kita akan tetap setia mengajarkan kepada nelayan kita agar
mereka  sendiri  bisa  mengatasi  bila terjadi masalah mesin di perahu nelayan,”
kata Amin. 

Mengubah Nasib Nelayan    
Keberhasilan  Amin  menemukan  mixer  kit  ini  berawal dari kegelisahan dirinya
melihat  nelayan di sejumlah daerah di Kalbar sering kesulitan mendapatkan bahan
bakar.  Kebetulan  Amin  merupakan anak dari keluarga nelayan di Kecamatan Teluk
Pakedai,  Kabupaten  Kubu Raya. Itu merupakan daerah pesisir juga sebagai daerah
penyumbang  produksi ikan di kabupaten baru berumur 3 tahun pasca pemekaran dari
kabupaten induk, Mempawah. 
Jadi  ia  paham  betul  permasalahan  nelayan di kampungnya. Selain permasalahan
alat  tangkap  dan  perahu  motor  masih tradisional. Permasalahan pokok nelayan
adalah sulitnya mendapatkan bahan bakar subsidi. 
Permasalahan  itu sangat dirasakan para nelayan tiga kecamatan di Kabupaten Kubu
Raya.  Yakni,  Teluk  Pak  Kedai,  Rasau  Jaya  dan  Sui  Kakap merupakan daerah
penyumbang penghasil produksi ikan. 
Data  Dinas  Kelautan dan Perikanan Kubu Raya menyebutkan produksi ikan mencapai
14.915,  4  ton/tahun.  Sementara  untuk  prasarana penangkapan nelayan sebanyak
3.064  unit,  terdiri perahu tanpa mesin 1.380 unit, perahu mesin kecil 805 unit
dan  kapal  motor  (GT)  879  unit.  Dari  jumlah  armada nelayan tadi, sebagian
diantaranya mengalami kesulitan mendapatkan bahan bakar untuk operasional. 
“Saya  sudah tahu permasalahan nelayan sering mengeluhkan kelangkaan bahan bakar
sejak  saya  masih  kecil,” kata Amin. Diantaranya sering melihat ayahnya pernah
tidak melaut gara-gara tidak ada bahan bakar di desanya. 
Tak  heran,  bila  bahan  bakar  langka  dan sukar diperoleh, nelayan tidak bisa
melaut.  Kalaupun  ada tersedia bahan bakar, para nelayan kebanyakan mendapatkan
dari  pengecer  dengan harga tinggi. Yakni antara Rp 6.000-7.000 perliter. Tentu
hal  itu  memberatkan  nelayan  ,  karena  hasil tangkapan terkadang lebih kecil
ketimbang membeli bahan bakar. 
Sampai  sekarang  Amin  tahu  keluhan  itu  sering  terjadi  di  sejumlah daerah
penghasil  ikan  di  Kalbar.  Diantaranya  dengan  melihat  siaran  berita  dari
sejumlah  media  massa  d  Kalbar.  Dari  situlah  Amin mulai berpikir bagaimana
hidupnya bisa membantu para nelayan mengatasi permasalahan tadi. 
Waktu  dan biaya pun terpaksa dikorbankan demi keinginan menciptakan sebuah alat
yang  berguna  bagi  nelayan.  Ia  butuh  waktu  selama  setahun,  selama proses
pembuatan  sampai  ujicoba  alat mixer kit atau dikenal dengan sebutan duel fuel
berhasil dioperasikan di lapangan. 
Sementara  untuk dana menciptakan alat ini langsung dari kantong Amin. Jumlahnya
lumayan  besar.  Yakni  berkisar  puluhan  juta  rupiah. Uang itu bersumber dari
hasil  kerja  sebagai  distributor alat-alat listrik dan digunakan untuk membeli
suku cadang dan sejumlah perahu selama ujicoba alat ini berlangsung. 
Itu  karena Amin tidak memiliki keahlian khusus tentang mesin, melainkan belajar
secara  otodidak.  Tak  heran, selama proses ujicoba berlangsung alat yang ingin
diciptakan  selalu  gagal,  sehingga  membutuhkan  banyak  komponen  baru akibat
sering bongkar pasang alat. 
“Saya  hanya  belajar  otodidak.  Tidak paham dengan teori. Jadi saya hanya bisa
coba-  coba  saja  agar alat ini berhasil dioperasikan, “ kata Amin. Ibarat koki
masak  yang  sedang  mencoba resep makanan baru. Sehingga harus menyiapkan bahan
masakan yang diinginkan. 
Nah,  untuk  menilai  masakan  itu  lezat  atau tidak, harus dicicipi oleh orang
lain.  Misalnya  apakah  masakan  itu  kurang bumbu atau bahan masakan lain yang
harus ditambahkan. 
Dari  situ  Amin  mulai  berpikir, demi menciptakan sesuatu alat yang baru harus
dibantu  orang  yang  ahli  dalam  bidangnya.  Yakni  dengan  cara merangkul tim
terdiri  dari  akademisi,  lembaga  swadaya  masyarakat  (LSM) dan sejumlah staf
Dinas  Perikanan  Kubu  Raya.  Tim  pilihan  Amin juga tidak sembarangan tunjuk.
Orang  itu  harus  memiliki  kemampuan  secara  teori  merakit alat sampai paham
tentang proses penghitungan efisiensi penggunaan bahan bakar. 
“Yang  paling  utama  orang  itu  harus berjiwa nasionalisme. Alias rela bekerja
dengan  tidak dibayar, ” kata Amin. Karena niat akhir dari hasil temuan alat ini
tidak  langsung dikomersialkan, melainkan diberikan langsung kepada para nelayan
yang membutuhkan. 
Sebagai  langkah  awal, Amin hanya berpikir bagaimana semua mesin kendaraan bisa
dioperasikan  dengan  semua  jenis bahan bakar. Salah satunya adalah menggunakan
gas  elpiji.  Ia  bersama  tim mulai merancang sejumlah komponen agar gas elpiji
bisa menghasilkan sumber energi dan bisa menjalankan mesin perahu. 
Ujicoba  pertama  dilakukan di rumah Amin sendiri. Mesin perahu 200 cc disiapkan
dengan sejumlah komponen dengan menghubungkan selang ke regulator gas elpiji. 
“Setelah  dicolok ke listrik, baling-baling pada bagian bawah mesin langsung dan
baling-baling mesin berputar normal,” kata Amin. 
Tapi  setelah  diaplikasikan  di  Sungai  Kapuas,  mesin yang telah dirakit tadi
menemukan  sejumlah  masalah.  Yakni  putaran  kipas  pada mesin lamban sehingga
menyebabkan  kecepatan  perahu motor berkurang dibandingkan dengan kondisi mesin
semua  menggunakan  bahan  bakar premium. Itu karena ada sistem kerja mesin yang
bermasalah.  Pasalnya putaran mesin pada saat ujicoba di darat berbeda dengan di
air karena memiliki tekanan beban yang berat. 
Kendala  lainnya,  selama  proses  ujicoba  di  lapangan, lubang pembuangan dari
tabung  gas  mengalami pendinginan alias beku, menyebabkan gas buang bahan bakar
gas  masuk  ke  mesin  mampet,  mengakibatkan  perahu  motor sering mogok selama
melakukan perjalanan. 
Setelah  diteliti,  ternyata  elpiji  3  kilo  hanya  didesain  untuk kompor gas
sehingga  ukuran  katup  kecil,  sehingga tidak mampu mengangkut beban orang dan
kekuatan mesin melawan arus atau tekanan di air. 
“Ujicoba itu bukan berlangsung satu dua hari, melainkan bulanan,” kata Amin.
Tak  heran  selama  proses  ujicoba, perahu yang ditumpangi Amin mogok di jalan.
Artinya,  perahu bisa berjalan satu 10 meter, setelah mogok, hanyut terbawa arus
hingga 2-4 kilometer. 
Insiden  itu  menjadi  familiar  bagi warga sekitar yang setiap hari menyaksikan
kegigihan  tim  Amin  menciptakan  perahu hemat energi yang diinginkan. Sebagian
diantara warga terkadang ada yang mengejek tim Amin. 
Kebetulan  diantara  warga  ada  yang  bekerja  sebagai  penambang sampan pernah
meledek  tim  Amin. “ Bang- Bang, daripada ciptakan alat yang belum pasti, maseh
laju  perahu  kame.  Cukop  modal bekayoh, sampan kamek dah bise jalan, tak pake
mogok,” kata Amin menirukan ledekan warga. 

Beruntung  ada  Arif,  Dosen  Teknik  Penangkapan  Ikan,  Politeknik  Pontianak,
merupakan  rekan  satu  tim  dengan  Amim. Hasil analisa Arif menemukan ada tiga
solusi  agar  katup  tabung  gas tidak dingin. Pertama menggunakan selimut panas
kemudian  dihubungkan  dengan arus listrik dari mesin. Alat ini banyak dijual di
pasaran. Tapi harganya mahal. Yakni Rp 2 jutaan per unit. 
“Itu  bukan  solusi  untuk  nelayan,  sebaliknya  justru  menambah beban ekonomi
nelayan,” kata Amin. 
Solusi  kedua,  tim mulai merakit alat agar suhu mesin dan tabung gas agar tidak
dingin.  Yakni  dengan  menempatkan  knalpot  sepeda  motor  yang diarahkan pada
tabung gas. Tujuannya agar selama mesin bekerja, katup tabung tetap panas. 
Lagi  –lagi,  cara itu bukan solusi. Pasalnya knalpot yang terpasang menimbulkan
suhu  panas  dan  rawan  menimbulkan percikan api. Sehingga perahu rawan meledak
apabila  sewaktu-waktu  tabung  gas  mengalami  kebocoran  dan  ada percikan api
tersulut dari gas buang elpiji. 
Sampai  akhirnya  tim  Amin  menemukan  solusi  terakhir.  Yakni menggunakan dua
tabung   elpiji.  Tujuannya  agar  katup  tabung  mengalami  pendinginan  secara
menyeluruh  karena  selang  sudah  diparalelkan tabung gas lain yang ditempatkan
berdampingan. 
Kemudian gas buang dari elpiji sebelum masuk ke mesin harus melewati mixer kit
Fungsi  kerja  alat  ini untuk mengubah bahan bakar menjadi energi sehingga bisa
menghidupkan mesin perahu. 
”Tinggal  kita  sesuaikan  tekanan dan kecepatan mesin yang kita inginkan,” kata
Amin. 
Setelah   cara  itu  dianggap  berhasil,  permasalahan  lain  kembali  menyusul.
Pasalnya  setelah  berulang  kali  dilakukan  ujicoba  ternyata kecepatan perahu
selama   menempuh   perjalanan  tidak  stabil  alias  oleng.  Kembali  diteliti,
diketahui  ternyata  posisi  bodi mesin yang ditempatkan di bagian tengah perahu
mempengaruhi keseimbangan selama perahu dioperasikan. 
Tim  kemudian  memindahkan  bodi  mesin,  tidak  lagi  pada  posisi  di  tengah,
melainkan di dekat buritan perahu. Berhasilkah cara itu? 
Ternyata  tidak.  Saat  dilakukan ujicoba, dalam kecepatan perahu langsung karam
ke  dalam  sungai.  Karena  bodi  perahu  yang  dijalankan  berbahan dasar kayu,
sehingga  ketika  perahu  dipacu bodi perahu tidak mengangkat ke atas, melainkan
berjalan  datar  membelah ombak sungai. “Ujung-ujungnya perahu kami karam,” kata
Amin. 
Sampai  akhirnya  Amin  rela  merogoh  kocek untuk membeli perahu baru. Kali ini
tidak  menggunakan perahu dari bahan baku kayu, melainkan dari bahan fiber glass
dengan  panjang  6  meter  dan lebar 1,5 meter. Perahu ini langsung dipesan amin
dari  agen  di  Kota  Pontianak.  Sementara  untuk  posisi  bodi  mesin  kembali
diletakkan dekat buritan kapal. 
Hasilnya,  perahu  ciptaan Amin bisa melaju dan bebas hambatan. Terakhir ujicoba
dimulai  dari  bawah  jembatan  tol  Kapuas I menuju tol Kapuas II bisa ditempuh
dengan  jarak  2 5 menit dengan beban tiga orang penumpang dalam keadaan melawan
arus. Sungguh meyakinkan. 

Mencari Dukungan
Meski  jerih  payah  tim Amin telah berhasil melakukan serangkaian ujicoba mixer
kit,  tapi  karya  putra daerah ini sempat tidak mendapat dukungan. Yang pertama
dari  istri  Amin  sendiri  dan  pernah  berkata pada suaminya. “ Daripada abang
kerjekan  alat  yang belum tentu ade hasilnya, lebeh baek kerjekan yang lain jak
bang. Yang udah pasti ade hasilnya,” kata istri Amin. 
Hal  senada  juga datang Dinas Perikanan dan Kelautan Kubu Raya. Kabid perikanan
Budidaya,    Hepmi   Rizal   mengaku   awalnya   Amin   datang   kepadanya   dan
mempresentasikan temuan itu dianggap barang yang biasa. 
Menurutnya  pada waktu itu alat converter bahan bakar dari premium atau solar ke
elpiji,  ciptaan  tim  Amin  sudah  banyak beredar di pasaran. Televisi nasional
juga  sering  menayangkan  hasil  temuan  putra daerah lain berhasil menciptakan
alat konversi premium ke gas. Salah satunya ada pada sepeda motor. 
Di  sejumlah  negara maju dianggap lebih duluan menciptakan alat converter bahan
bakar.  Salah  satunya  adalah  negara India diklaim sebagai negara pertama yang
berhasil  menerapkan alat converter bahan bakar pada kendaraan bajaj menggunakan
bahan  bakar  gas  Termasuk Indonesia, sebagian bajaj atau bemo telah beralih ke
bahan bakar gas. 
Menariknya,  sejumlah  negara  maju  lainnya  seperti Amerika, China, Italia dan
lainnya telah memasarkan alat converter bahan bakar ke sejumlah negara tujuan. 
Diantara  pangsa  pasar  yang  menjanjikan adalah Indonesia yang dikenal sebagai
negara   kepulauan   dan   memiliki   banyak   tenaga   kerja  sebagai  nelayan.
Kelemahannya,  negara produsen alat converter hanya tertuju pada penggunaan satu
bahan  bakar  kemudian  mengalihkan  pada  jenis bahan bakar lainnya. Mixer kita
buatan  Amin  justru  memiliki  kelebihan.  Bisa  langsung menggunakan dua bahan
bakar dalam satu mesin sesuai dengan pilihan. 
Belakangan  diketahui alat ciptaan Amin merupakan inovasi sekaligus pengembangan
dari  alat sebelumnya dari sejumlah negara yang menciptakan alat converter bahan
bakar. 
Dibantu  Bupati  Muda Mahendra dengan semangat turun langsung menguji kehandalan
alat  ciptaan putra daerahnya. Mirip semangat Jokowi pada saat melakukan ujicoba
mobil  EZEMKA  kepada  publik.  Tujuannya  sama.  Yakni untuk menguji kehandalan
temuan  putra  daerahnya.  Meski  sebelumnya  penemuan ini belum mengantongi uji
kelaikan,  bupati  Muda  dengan  berani  mengemudikan  langsung  temuan  ini  di
bantaran Sungai Kapuas. Hasilnya aman dan memuaskan. 
Sejak  itu  Kabupaten Kubu Raya sering dikunjungi sejumlah tamu dari daerah luar
Kalbar.  Diantaranya  dari  Irian  Jaya, Sulawesi dan lainnya. Kedatangan mereka
selain  ingin  melakukan studi banding bidang pemerintahan, ekonomi dan lainnya.
Tamu- tamu tadi juga terkesan dengan temuan mixer kit buatan Amin. 
Lebih  menarik  lagi,  sejumlah  perwakilan  perusahaan bergerak di bidang mesin
dari  Amerika, Italia dan Singapura rela datang langsung dari negara asal mereka
untuk  datang ke Kubu Raya. Tujuannya ingin ujicoba langsung mengemudikan perahu
ABG tersebut di bantaran Sungai Kapuas. 
“Hasilnya  mereka  menawarkan  kerjasama  dengan  saya,”  kata Amin. Tapi bentuk
kerjasama itu belum ditanggapi Amin sendiri. 
Pasalnya,  Amin  bersama  tim masih sedang berjuang mendapatkan pengakuan secara
yuridis.  Yakni  ingin  mendapatkan  Hak  atas  Kekayaan  Intelektual (HaKI) dan
Standar   Nasional  Indonesia  (SNI)  atas  temuannya  sebelum  dapat  digunakan
masyarakat. 
Tapi  perjuangan  Amin  untuk mendapatkan pengakuan secara yuridis menemui jalan
terjal.  Pasalnya untuk proses pengajuan HaKI dan SNI, tim Amin sudah lebih dari
dua  bulan  diajukan ke BSN dan Kementerian Hukum dan HAM, sampai sekarang belum
kabar perkembangan. 
“Sistem   birokrasi  yang  rumit  mengakibatkan  saya  sedikit  kewalahan  untuk
pengajuannya,  karena  saya  sempat  dilempar  ke sana-kemari oleh dinas terkait
baik di provinsi maupun di tingkat pusat,” kata Amin. 
Bila  pengakuan  secara  yuridis telah diperoleh, Amin sudah merencanakan konsep
kedepan  agar alat ciptaannya ini bisa langsung dirasakan para nelayan. Ia tidak
ingin  niat baiknya dijadikan komersialisasi. Alias hak paten mixer kit dikuasai
oleh  swasta,  tetapi  lebih  setuju  bila  pemerintah daerah menganggarkan dana
untuk  pengadaan  alat  ini, kemudian hasilnya dibagikan langsung kepada nelayan
secara gratis. 
Belakangan  diketahui, mixer kit ciptaan Amin bisa dipasang dengan beragam jenis
mesin  kapal.  Baik  menggunakan  solar  maupun  premium.  Alat  ini  juga  bisa
digunakan untuk bidang lainnya. Seperti bidang pertanian dan peternakan. 
Ide  itu  pun direspon Plt Kadis Perikanan Dan Kelautan Kubu Raya, Chairun Anwar
menyebutkan  tahun anggaran 2013 akan mengajukan pengadaan alat mixer kit buatan
Amin  sebanyak  115  unit  untuk dibagikan kepada nelayan secara gratis. Bantuan
ini  merupakan  bentuk  dukungan DKP kepada nelayan agar bisa meningkatkan hasil
produksi ikan di daerah. 
Sampai  akhirnya  titik  terang  datang juga. Senin 23 Oktober 2012, utusan dari
Pertamina  Pusat,  Hazali  Nasution,  staf  piutang  region  Kalimantan menjajal
ketangguhan  perahu  ABG menggunakan mixer kit buatan Amin. Hazali sempat dibawa
mengitari Sungai Kapuas. Hasilnya memuaskan. 
“Ini  merupakan  penemuan  dan  ide  pertama  di  Indonesia.  Makanya  Pertamina
merespon  proposal  dari  Pak  Amin. Sampai saya harus datang ke Pontianak untuk
melihat langsung hasil temuan ini,” kata Hazali. 
Artinya  pihak  Pertamina  merespon  dan menindaklanjuti hasil ujicoba ini untuk
dibawa  kembali  ke  pusat.  Timbal baliknya, Hazali mengusulkan akan memberikan
bantuan berupa dana untuk pengadaan pembuatan perahu ABG. 
Kembali  pada  tim  Amin,  hanya bisa berharap, pemerintah pusat bisa secepatnya
menanggapi  permohonan  pengakuan  yuridis  dari  temuan  anak  negeri ini. Pada
akhirnya  alat  ini bisa diproduksi secara masal, sehingga bisa membantu ekonomi
nelayan.  Diantaranya  bisa  menghemat  biaya  bahan bakar untuk operasional dan
mengatasi persoalan kelangkaan BBM. sumber : http://www.borneotribune.com

3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. lihat www.konverterkit-indonesia.com

    lihat http://youtu.be/IBM86yDRu5E

    lihat http://youtu.be/P0qdKkpM9NI

    BalasHapus
  3. Salam,

    Kami PT TPG berada dibawah naungan pusat inovasiLIPI (Pusinov LIPI) Cibinong.....Konverter kit yang kami bangun memang menggunakan peralatan elektronik. Agar bapak ketahui saja bahwa konverter kit yang bapak atau pak amin bangun benar adanya dan berfungsi. Pertanyaannya apakah konverter kit tersebut optimal bekerjanya disemua putaran mesin? Oleh karena itu dunia pun mengembangkan konverter kit sesuai generasinya. Generasi pertama hingga generasi ketiga.

    Generasi pertama adalah mekanikal seperti yang pak amin bangun dan hanya menggunakan gas reducer, regulator dan vaporized serta dibagun sesuai dengan generasi atau teknologi engine saat itu yaitu teknologi karburator. Sementara generasi kedua dibangun sesuai generasi teknologi mesin pada kendaraan dengan sistem EFI. Dan generasi ketiga adalah generasi dimana tuning dan setting dapat dilakukan sendiri oleh GCU (Gas COntrol Unit).

    Tetapi konverter kit generasi pertama sudah ditinggalkan karena teknologi mesin rata-rata sudah menggunakan sistem EFI atau injeksi. Selain itu sudah terjawab dengan benar bahwa konverter kit generasi kedua menggunakan selenoid lebih optimal torque dan horse powernya serta lebih efisien hampir 30% dibandingkan konvverter kit generasi pertama.

    Kami tidak mengambil atau mengadopsi produk impor untuk membangun konverter kit. Kami memang mengembangkan sendiri dari nol produk ini. Jangan lupa sistem yang dibangun produk luar negeri adalah menggunakan konsep refilling atau mengisi kembali bahan bakar sedangkan konsep kami adalah konsep replacing atau mengganti tabung. Jadi produk uar negeri tidak dapat dipakai begitu saja menggunakan tabung 3kg atau 12kg melainkan harus dibangun sesuai dengan konsepnya.

    Silahkan baca saja web kami : www.konverterkit-indonesia.com, semua tertera disana semua informasi mengenai konverter kit produk inovatif.

    Kami tidak hanya menghidupkan mesin bensin tapi kami juga sudah menghidupkan diesel 100% menggunakan gas dan mesin dua tak bensin (ada oli samping) menggunakan 100% gas. Teknologinya tidak ada di dunia. Dan silahkan lihat di Youtube :

    1. http://youtu.be/IBM86yDRu5E untuk mesin diesel menggunakan gas 100% dan menggunakan busi
    2. http://youtu.be/P0qdKkpM9NI untuk mesin bensin menggunakan gas 100% dan oli campur tetap dapat masuk kedalam ruang bakar.

    BalasHapus