KETAPANG – Setiap perayaan Idulfitri, makam Raja-raja Tanjungpura dan Lapangan Sapu Jagad di Desa Tanjungpura Kecamatan Muara Pawan didatangi ribuan peziarah.
“Dari hari pertama sampai kelima Lebaran, dalam satu hari ribuan pengunjung makam Tanjungpura dan Padang Khalwat, paling ramai hari kedua sampai ketiga,” ujar Herlinda, warga Desa Tanjungpura.
Walaupun menuju lokasi ini, peziarah dari Kota Ketapang harus melewati jalan tanah sekitar 30 kilometer bukan menjadi halangan mereka. Selain kondisi jalan tanah yang berdebu dan banyak lubang, serta terik matahari di kawasan gambut yang dilewati. Untuk mencapai kompleks makam Raja-raja Tanjungpura serta Lapangan Sapu Jagad yang terletak di pematang dengan struktur tanah merah ini, sebelumnya warga harus melewati jembatan darurat yang dibuat warga di sekitar Danau Mensubuk.
Satu jembatan panjangnya sekitar 300 meter dan satu jembatan lagi sekitar 50 meter. Untuk melewatinya pengendara sepeda motor harus mengganti biaya pembuatan jembatan masing-masing lima ribu rupiah. Walaupun mencapai kompleks makam Raja-raja Tanjungpura cukup melelahkan, namun setiap kali perayaan Idulfitri, puluhan ribu warga dari berbagai penjuru Ketapang, bahkan tidak sedikit dari Kota Pontianak mengunjungi tempat ini.
Mereka ziarah karena menunaikan niatnya. Tidak sedikit yang yakin dengan Lapangan Khalwat (Lapangan Sapu Jagad), selain berniat dan salat di tanah lapang tempat Syech Al-Magribi bertafakur dan mengajarkan dan menyebar agama Islam. Selain mempunyai nilai historis dalam lembaran penyebaran Islam, lapangan ini juga ada sesuatu yang dianggap “berbeda” dari lainnya. Lapangan tanah merah yang menghadap ke kiblat ini tidak pernah ditumbuhi rumput, serta tak ada daun yang masuk lapangan ini.
“Padahal sekeliling lapangan terdapat pohon-pohon rindang,” ujar Yusuf, salah seorang pengunjung.
Para warga juga mengambil air dari sumur Lapangan Khalwat. Air yang dimanfaatkan juga oleh masyarakat desa untuk kebutuhan air minum, sumurnya tidak pernah kering. Padahal pada musim kemarau Sungai Pawan mengering. Air tersebut juga sangat jernih dan lebih jernih dari air mineral. Air yang diambil dari sumur tempat wudu. Raja-raja dan Syech Imam Al-Maghribi tersebut diyakini punya khasiat bagi yang berniat untuk berobat dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT. Mereka juga memanfaatkan air sumur tersebut untuk mandi membersihkan diri.
Pada Idulfitri tahun ini bersamaan juga dengan musim kemarau. Sungai Pawan yang terletak tidak jauh dari makam raja-raja menjadi salah satu tempat warga rekreasi. Karena dasar sungai pasir tersebut saat ini hanya memiliki kedalaman 40-50 cm. Tak pelak lagi, warga memanfaatkan momentum ini untuk mandi di aliran sungai terpanjang kedua di Kalbar ini. Airnya yang bersih juga sangat menyejukkan.
“Mudah-mudah jembatan permanen segera jadi, dari Ketapang mencapai Sungai Kelik, maupun Tumbang Titi dengan menyeberang di Ulak Medang ruas jalan ini paling dekat sekali, kalau Jembatan Mensubuk sudah selesai, kami yang lewat jalan ini sangat terbantu sekali,” ujar seorang warga Nanga Tayap ditemui warung persimpangan jalan Tanjungpura-Ulak Medang. (KiA) sumber : http://www.equator-news.com
0 komentar:
Posting Komentar