Selasa, 24 Juli 2012

Makam Raja Tanjungpura Ketapang

Makam raja-raja tanjungpura terletak di desa tanjungpure yang tidak jauh dari pusat kota yaitu sekitar 1 jam perjalanan lewat darat tetapi jalan menuju ke sana apabila musim hujan agak becek apabila lewat air memakai speed board kurang lebih 30 menit dan memakai motor air 5-6 jam karena motor air tidak secepat speed board.selanjutnya akan saya sampaikan info apabila kita ingin mengunjungi makam,tulisan dibawah ini saja copy paste di blog dengan alamat http://zunaidituan-tuansyairgulung.blogspot.com/

PANTANGAN TANJUNG PURA KETAPANG KALIMANTAN



Kabupaten Ketapang adalah merupakan daerah yang harmonis dan masyarakatnya hidup berkerukukanan dengan berbagi macam etnis atau suku dan agama.dari sejak dahulu kala Ketapang merupakan wilayah yang terbuka dengan kehadiran para tamu. Dikatakan oleh tokoh sepuh Raja Gusti Kamboja, pada tahun 977 M berdasarkan kronik China Chu Fan Chi, Kerajaan Tanjung Pura sudah melakukan hubungan dagang dan diplomatik ke Kerajaan China semasa Dinasti Sung dengan mengirim tiga orang utusan. Orang-orangh berbangsa India, China, Arab, Eropa dan berbagai suku bangsa nusantara pernah mengunjungi bahkan menetap di Ketapang, yang dulunya dikenal dengan nama Tanjung Pura dan Matan. Begitu juga hubungannya dengan Malaka pada abad ke-15. Para pedagang dari Tanjung Pura disediakan petugas syahbandar khusus di pelabuhan Malaka demikian juga sebaliknya. Sebagaimana dicatat ahli obat-obatan Portugis, Tome Pires tahun 1512 M ketika singgah di pelabuhan pardagangan Malaka.( Makalah  Gusti Kamboja, 2011:1).
Dalam sejarahnya yang dapat ditemukan dalam buku-buku sejarah tentang Kerajaan Tanjung Pura dapatlah dikemukakan bahwa, sebelum berdirinya Sriwija pada abad ke-17 M wilayah geografis Ketapang adalah merupakan salah satu neegeri tertua di Nusantara. Pada perjalanannya daerah ini menjadi ekspedisi  atau tujuan perjalanan dan tempat persinggahan mulai dari Syailendra, Sriwijaya dengan ekspedisi Pamalayu, Singosari, Majapahit, Mataram dan semasa Kolonial Belanda. Pada masa Majapahit, Tanjung Pura pernah dijadikan Ibu Kota Negara Bagian untuk Wilayah Borneo  (Tanjung Negara) hal ini sebagaiman dinyatakan dalam Prasasti Waringin Pitu (1447) dan naskah Negara Kertagama. Tidak menuntut kemungkinan Ketapang suatu saat akan menjadi negeri yang besar, dengan daerahnya yang luas dan kaya akan sumber daya alamnya jika ditopang lagi dengan sumber daya manusianya yang arib bijak laksana, berpengetahuan agama dan berwawasan ilmu penetahuan serta iman dan taqwa yang tinggi serta siap berdaya saing dan mandari insyaallah dengan penuh betuah dan karamah Ketapang akan menjadi suatu Provinsi Baru Di Kepulauan Kalimantan ini. Bisa jadi nama yang cocok sesui kejayaannya adalah Tanjung Pura, atau provinsi Tanjung Pura, saya sendiri optimis tentang itu berangkat dari hati atau niat yang ikhlas tanpa tunggangan kepetingan politik tentunya.  Di ketapang sendiri sekarang terdapat peninggalan bersejarah, terkait saksi bisu tentang kejayaan Kerajan Tanjung Pura serta bagaimana karomahnya orang-orang sepuh Ketapang pada masa dahulunya, adapun tempat yang banyak menyimpan perjalanan sejarah Tanjung Pura yaitu:
A. Daerah Tanjung Pura. (Tanjung Pure)
Suatu perkampungan di tepian Sungai Pawan yang mengarah ke daerah perhuluan Ketapang. Pada tempat ini terdapat makam raja-raja Tanjung Pura beserta para mentri dan pembesar-pembesar kerajaan ataupun keluarga kerajaan. Jalan menuju makam sanagt jauh dari ibu kota  Kabupaten Ketapang, sebelum samapai ke pemakaman kita akan menemukan jalan yang terputus, jalan tersebut terputus karena ada rawa yang tergenang air, apabila munsim penghujan atau air sungai pawan pasang, maka akan tergenang dan banjirlah jalan itu. Sehingga untuk melewatinya mesti memakai perahu sampan yang disedikan oleh msyarakat setempat dan memberi uang sebagai pembayaran jasa yang tidak cukup besar. Untuk mempermudah akses menuju makam dan daerah Tanjung Pura tersebut pemerintah telah berusaha untuk menutup rawa tersebut dengan menimbunya pakai tanah. Namun menjadi omongan masyarakat dan rahasia umum, serta maha kuasa Allah SWT, ternyata walau sudah menghabiskan banyak kubik tanah untuk menimbunnya, rawa tersebut tidak juga dapat ditimbun, padahal luasnya tidaklah seberapa. Pasair yang dimasukan bertruk-truk besar jumlahnya, tetap saja tidak bisa di timbun. Bahkan tanah tersebut hilang tanpa bekas, tanpa diketahui. Selanjutnya dibangunkan pula jembatan sebagai alternatif selanjutnya, namun lagi-lagi menjadi aneh tetapi nyata, ternyata ketika tiang-tiang penyangga jembatan hendak di tanjapkan, terjadi keanehan, berapapun panjang tiang yang ditancapkan selalu saja terpendam dengan dalam, seolah-olah ada yang menariknya ke dalam tanah, lagi-lagi hilang tanpa berbekas. Ini adalah kisah yang sudah menjadi perbincangan masyarakat paada umumnya. Namun bisa saja srtuktur tanah tersebut memang labil atau ada faktor lain yang menyalahi dalam pekerjaannya. Hingga sekarang hal tersebut masih bersifat misteri.
Terdapat juga Lapangan Khalwat, yaitu lapangan yang menjadi tempat raja-raja Tanjung Pura pada masa dahulu utuk menyendiri, konon katanya tempat itu adalah merupakan pintu gerbang tau jalan menuju demensi dunia lain, bahkan ada yang mempercayai ulama-ulama terdahulu dengan  kebersaihan batinya dan taat beribadah serta adanya karomah, bisa sampai ke Mekkah untuk berhaji ataupun sembahyang Jum’at kesana melalui jalan tersebut


Maka adakalanya pada hari-hari tertentu dan biasanya pada hari lebaran Idul fitri (Lebaran Puase…red orang Melayu Ketapang) bahkan juga lebaran Haji (Idul Adha) dan hari-hari lainnya, masyarakat Ketapang melakukan jiarah makam, berdo’a serta bayar niat, yaitu ketika terkabulanya apa yang diinginkan kepada Allah SWT, maka ada kalanya masyrakat berniat akan menjiarahi makam raja-raja Tanjung Pura sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah dan sunnah Nabi  serta mengingat kematian. Terkadang apabila kunjungan masyarakat bertepatan dengan waktu salat, maka mereka akan salat di lapangan Khalwat tersebut baik sendiri ataupun berjamaah.
Selain itu terdapat pula sumur atau kolam pemandian putri raja, namun sumur itu tidak terawat dan apabila musim kemarau tidak berair sama sekali. Terdapat pula sumur yang airnya diyakini mujarab untuk penyembuhan segala macam penyakit, sumur tersebut dinamaiSumur Sapu Jagat. Konon katanya iar tersebut tidak akan kering walaupun dimusim kemarau. Airnya sangat jernih. Terkadang penjiarah makam menyempatkan untuk mandi, serta membawa pulang air tersebut dengan bertempatkan dirigen ataupun bertemaptkan botol air mineral, lalu tempat tersebut akan di tempelkan  tulisan yang menerangkan bahwa air itu adalah air Sapu Jagat.Source

0 komentar:

Posting Komentar