Jumat, 20 Juli 2012

2013, Alur Pelabuhan Sukabangun Dikeruk Demi Keamanan dan Kenyamanan Pelayaran




KETAPANG
 
Kedangkalan alur Pelabuhan Sukabangun sering menjadi kendala sulitnya kapal-kapal pengangkut barang untuk merapat. Distribusi barang-barang kebutuhan masyarakat pun tak jarang menjadi terhambat dibuatnya.
Rencananya awal 2013, alur Pelabuhan Sukabangun akan dikeruk untuk pendalaman. “Mengajukannya ke pemerintah pusat sudah lama, cuma dapat realisasinya 2013. Sesuai janjinya dapat anggaran pengerukan dari APBN. Pengerukan itu sebanyak 400 ribu kubik,” kata Suwardi, Kepala Administrasi Pelabuhan (Adpel) Ketapang, kepada wartawan kemarin.
Pengerukan akan dilakukan mulai dari pelabuhan hingga ke muara sungai sejauh 4,7 mil dengan memakan biaya sekitar Rp 12 miliar. Ia mengungkapkan selama ini kapal yang memiliki draf sedalam empat meter terpaksa tak dapat masuk lantaran kedalaman alur pelabuhan hanya 3,5 meter jika air pasang dan 1,5 meter jika air surut.
“Kapal dengan draf sedalam empat meter harus menunggu di luar. Barang-barang biasanya diangkut secara estafet oleh kapal lain yang menyusul. Biasanya kapal yang bermuatan semen. Setelah barangnya dikurangi, selesai sepertiganya baru bisa masuk. Tapi kapal pengangkut sembako yang umumnya dari Semarang biasanya tak perlu dikurangi lagi, langsung bisa masuk,” bebernya seraya mengatakan nakhoda kapal juga akan menghitung pasang-surut air sebelum merapat ke pelabuhan.
Ia menegaskan, pengerukan alur pelabuhan tersebut bersifat mendesak demi keamanan dan kenyamanan pelayaran. Pasalnya selama ini distribusi barang kebutuhan sering terganggu. Tak jarang harga barang di pasaran melambung. Ujung-ujungnya masyarakat sendiri yang dirugikan. “Terlebih alur ini sudah lama tidak dikeruk. Mungkin sudah lebih dari sepuluh tahun,” ujar Suwardi.
Satu sisi ia juga mengatakan untuk mendapatkan anggaran pengerukan tidaklah mudah. Ia mengaku pihaknya bekerja sama dengan Pemkab Ketapang untuk melobi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Perhubungan.
“Waktu pertemuan di Bogor kami prioritas pada pengerukan. Ini sudah mendesak. Karena sifatnya mendesak. Kami koordinasi dengan pemkab untuk melobi. Bahkan saya pernah sama-sama turun ke Kementerian Perhubungan dengan Dishub Ketapang,” akunya.
Lebih jauh ia mengatakan bahwa setiap tahun pihaknya diwajibkan mengajukan beberapa proyek ke pemerintah pusat. Selain pengerukan, ia juga mengaku mengajukan proyek fasilitas pelabuhan di daerah Pelang. Dananya fantastis, mencapai Rp 228 miliar.
“Itu rencananya untuk pelabuhan samudra. Jadi tidak ada sungai lagi, langsung ke laut. Tapi realisasinya belum tahu. Kita juga mengajukan proyek perbaikan rumah dinas tapi tidak besar. Sementara untuk pengerukan alur pelabuhan sendiri alhamdulillah akhirnya disetujui,” ucapnya.
Disinggung soal adanya bahan mineral dan tambang di muara sungai tersebut, seperti yang pernah diungkapkan Bupati Ketapang Henrikus, Suwardi mengaku belum mengetahuinya. Tapi sepengetahuannya material di sepanjang alur pelabuhan tersebut hanya pasir dan lumpur. Namun ia juga menegaskan jika nantinya terdapat bahan tambang, tentu akan diserahkan kepada pemerintah daerah.
“Kita tidak tahu itu (soal bahan tambang, red). Selama ini juga belum pasti. Yang jelas pengerukan alur untuk keamanan dan keselamatan. Material pengerukan nantinya akan dibuang di laut yang terdalam. Selama proses pengerjaan itu juga ada pengawas, jadi tidak sembarangan mengeruk. Sebelum mengadakan pekerjaan tim sounding datang dan sampai selesai datang lagi. Pengerjaan juga didukung bantuan peralatan yang canggih,” paparnya. (KiA)

0 komentar:

Posting Komentar